Sepanjang jalan prosesi Jumad Agung di Larantuka kita akan menjumpai 8 (delapan) tempat perhentian yang disebut Armida. Di tempat ini berlangsung sejumlah acara: Pentakhtaan Salib, Pembacaan Injil, doa tanggapan/renungan singkat, nyanyian Ovos dan Signor Deo, Pemberkatan, Nyayian Eus. Selama berlangsungnya acara-acara tersebut semua umat sepanjang jalan prosesi mengarahkan perhatiannya ke armida. Dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh petugas, untuk sementara jalan prosesi dihentikan, doa-doa dan nyanyian-nyanyian kelompok ditangguhkan. Cuma soal, apakah umat yang berada jauh dari armida dapat mengikuti semua acara itu dengan baik? Akankan mereka juga sempat mendengarkan nyanyian-nyanyian, bacaan Injil dan renungan?
Kedelapan armida itu berturut –
turut : Armida Misericordiae, Armida Tuan Menino, Armida St. Philipus, Armida
Tuan Trewa, Armida Mater Dolorosa, Armida Benteng Daud, Armida Kuce, dan Armida
Tuan Ana. Menariknya, bahwa setiap armida mempunyai sejarah dan tradisi yang
unik. Dalam rangka pemurnian tradisi itulah, maka kegiatan di setiap armida
hendak dimaknai sesuai konteks sejarah keselamatan dengan menegaskan tema
tertentu dan menampilkan teks Kitab Suci dan renungan yang sesuai dengan tema.
Akan halnya armida itu dapat
dikatakan sebagai sebuah kemah yang dibangun khusus untuk pentakhtaan salib dan
barang – barang kudus lainnya. Orang-orang sekampung secara gotong royong
membuatnya, selain mereka juga secara bersama-sama tikan turo di bawah
tanggungan Tuan Mardomu. Di dalam kemah itu nanti, sejumlah ibu dengan
pakaian serba hitam akan tuguran (dudo jaga Tuan), lantaran dalam
armida itu ditakhtakan pula patung-patung kudus yang dibawa dari Tori atau
Kapela dengan suatu perarakan khusus. Tentang armida – armida itu secara khusus
diuraikan di bawah ini :
1.
Armida
Misericordiae
Armida ini terletak di
batas desa Lohayong dan desa Pohon Sirih, di bawah tanggung jawab dan
pengaturan umat lingkungan Pante Besa – Paroki St. Ignatius Waibalun.
Menariknya, setelah armida selesai dibangun, umat Pante Besa mengadakan prosesi
mengantar patung Misericordiae dari Kapela Pante Besa untuk ditakhtakan dalam
armida ini, kemudian dengan prosesi yang sama pada pagi Sabtu Santo Patung
Misericordiae diantar kembali ke Kapela Pante Besa.
Keterlibatan umat Pante
Besa dalam acara Prosesi Jumad Agung di Larantuka dan armida Misericordiae
menjadi tempat perhentian pertama kiranya bukan tanpa alasan. Menurut sejarah,
ketika Gereja masih di Sandominggo (belum dibangun Gereja Postoh sekarang ini)
maka route prosesi, yakni dari Sandominggo (Gereja St. Dominikus) menuju Kapela
Misericordiae di Pante Besa. Sementara pemaknaan route prosesi dewasa ini,
yakni pada armida pertama umat diajak untuk merenungkan Kerahiman Tuhan yang
rela mengutus Putera – Nya untuk menyelamatkan manusia.
2.
Armida
Tuan Menino
Armida ini terletak di
batas desa/kelurahan Pohon Sirih dan desa/kelurahan Balela, dibawah tanggung
jawab dan pengaturan umat Lingkungan Kota Rowido – Paroki St. Yohanes Pembabtis
Lebao Tengah. Menariknya, setelah armida selesai dikerjakan, umat Lingkungan
Kota Rowido bersama para peziarah akan mengantar Patung Yesus Disalibkan
melalui jalan laut (prosesi bahari) untuk ditakhtakan dalam armida ini,
kemudian pada hari Sabtu Santo dengan melewati route yang sama patung tersebut
diantar kembali ke Kota Rowido.
Kendati Kota Rowido
termasuk dalam wilayah Paroki San Juan – Lebao Tengah, namun kehadirannya dalam
prosesi Jumad Agung di Larantuka tentu punya alasan yang masih perlu dicermati
latar historisnya. Sementara penempatan armida Tuan Menino sebagai armida kedua,
dewasa ini dimaknai sebagai pemenuhan janji Allah bagi umat manusia dengan
lahirnya Yesus di Kandang Betlehem. Tuan Menino, Kanak – Kanak Yesus.
3.
Armida
St. Philipus – Balela
Terletak di
desa/kelurahan Balela. Di kelurahan ini ada dua patung penting warisan masa
lampau. Sebuah salib dan patung St. Philipus disimpan di rumah Kepala Desa di
bawah pengawasan suku Ama Koten (da Costa). Sejak tahun 1971, patung St.
Philipus dipindahkan dari rumah Kepala Desa ke Kapela Balela. Sementara Salib
masih tetap berada di rumah Kepala Suku Marang hingga tahun 1996 dibangun
sebuah Tori (kapela kecil) untuk menyimpannya.
Menariknya, bahwa pada
hari Jumad Agung (sebelum prosesi) umat Lingkungan Balela mengarakkan Salib
dari Tori Balela untuk ditakhtakan di armida yang sekarang berada di depan
Kapela St. Philipus. Dalam route Prosesi Jumad Agung, armida Balela sebagai
tempat perhentian ketiga dimaknai : merenungkan masa hidup dan karya Yesus,
menyembuhkan orang sakit, menghibur orang yang berduka, mewartakan kabar gembira
keselamatan umat manusia.
4.
Armida
Tuan Trewa
Terletak di
desa/kelurahan Larantuka. Di kelurahan ini tempo doeloe terdapat 3 (tiga) Tori
: Tori Mesti, Tori Lewai dan Tori Aikoli. Dalam perkembangan dewasa ini hanya
barang kudus dari Tori Aikoli yang ditakhtakan dalam armida Tuan Trewa.
Trewa mengingatkan kita
pada Hari Rabu dalam Pekan Suci, saat Yesus ditangkap dan mulai mengalami
penderitaan. Patung Tuan Trewa memperlihatkan Yesus yang dirantai sambil
mengenakan Mahkota duri. Armida Tuan Trewa merupakan tempat perhentian yang
keempat. Pemaknaan peristiwa di armida ini: merenungkan penderitaan dan
sengsara Tuhan Yesus.
5.
Armida
Mater Dolorosa
Terletak di depan
Kapela Tuan Ma di Pante Kebis. Di sini umat lebih terarah pada Kapela Tuan Ma
sebagai pusat spiritual orang Nagi dan tempat ziarah. Namun seperti halnya
dengan armida-armida lainnya, maka dalam armida ini ditakhtakan sebuah salib
yang diantar dari Tori Mesti di Kampu.
Dalam route prosesi,
armida Mater Dolorosa merupakan tempat perhentian yang kelima. Pemaknaan
peristiwa di armida ini : Bunda Maria bersatu dalam penderitaan Putera – Nya
dan dengan tabah mengikuti jalan salib Yesus.
6.
Armida
Benteng Daud
Armida ini terletak di
depan Kapela St. Antonius dari Padua di desa/kelurahan Pohon Sirih. Tempo dulu
Kapela ini bernama Kapela St. Laurensius. Di Pohon Sirih tidak ada Tori suku
seperti di Balela dan Larantuka. Namun ada cerita, bahwa barang – barang kudus
milik suku Sau seperti patung St. Antonius dari Padua sudah disimpan di Kapela
ini sebagai milik umat. Dengan demikian, tidak ada barang dari Tori tertentu
yang diarak dan ditakhtakan di dalam armida.
Dalam route prosesi,
armida Benteng Daud merupakan tempat perhentian keenam. Pemaknaan dewasa ini :
Merenungkan Yesus dijatuhi hukuman mati, suatu keputusan yang tidak adil.
7.
Armida
Kuce
Armida ini terletak di
lokasi patung Santa Maria Bintang Laut di depan Istana Raja Larantuka.
Dikatakan sebagai armida Kuce, karena dulu di tempat itu tumbuh banyak pohon
yang dalam bahasa setempat disebut Pohon Kuce. Armida ini menjadi tanggung
jawab dan pengaturannya oleh keluarga Raja. Di armida ini juga tidak ditemukan
hal – hal khusus seperti di armida I – IV yang ditandai dengan perarakan khusus
dari Tori ke armida.
Dalam route prosesi
armida ini menjadi tempat perhentian ketujuh. Peristiwa di armida ini dimaknai
: merenungkan peristiwa Yesus wafat di Salib.
8.
Armida
Tuan Ana
Terletak di depan
Kapela Tuan Ana di Lohayong. Kapela Tuan Ana dikenal juga dengan istilah Makam Kudus. Di Kapela ini terdapat
sebuah peti jenazah dan perlengkapan – perlengkapan menyangkut peristwa Yesus
disengsarakan. Semua barang itu disertakan dalam perarakan Jumad Agung di
Larantuka. Di armida ini juga tidak ada peristiwa khusus berkaitan dengan Tori
dan armida.
Armida Tuan Ana
merupakan armida terakhir (perhentian kedelapan) sepanjang jalan prosesi.
Peristiwa di armida ini dimaknai : merenungkan peristiwa Yesus diturunkan dari
Salib dan dimakamkan.
Demikian kita telah berziarah dari
armida ke armida untuk merenungkan peristiwa Jalan Salib Yesus. Menyimak semua
itu, kita akan menjumpai banyak hal yang unik. Kita mungkin bertanya, kalau
prosesi Jumad Agung itu dibuat untuk merenungkan kembali Jalan Salib Yesus,
mengapa perhentiannya hanya delapan? Pun juga tema – tema di setiap perhentian
tidak sesuai dengan peristiwa di setiap Stasi Jalan Salib? Jika kita menyimak
peristiwa Prosesi Jumad Agung ini lebih lanjut, maka akan jelas bagi kita bahwa
Kabar Gembira Tuhan kita Yesus Kristus telah mendapat pemaknaan yang khas dalam
konteks budaya lokal. Betapa tidak!
Menurut yang punya
cerita, adanya delapan armida itu karena disesuaikan dengan struktur masyarakat
dan kekuasaan di masa lampau. Ibarat akan datang ke Istana untuk bertemu dengan
Sang Raja, urutan itu ditata. Mulanya kita akan berhadapan dengan para penjaga
pintu, kemudian berhadapan dengan para pelayan, para pengawal, pemimpin –
pemimpin perang, permaisuri, dan dayang – dayang untuk bisa bertemu Raja dan
bersama Raja kita akan berziarah ke Makam Kudus untuk bertemu dengan Yesus Sang
Juruselamat. Menurut tutur lisan versi ini, tafsiran di atas mau menunjukkan
suatu peralihan masyarakat bersama rajanya dari kepercayaan asli kepada agama
Katolik. Apa memang demikian? Ini sebuah cerita yang diwariskan turun temurun
sesuai versi tertentu. Prosesi Jumad Agung dan segala tradisi agama Katolik di
Larantuka sudah dangat membantu umat untuk tetap teguh berdiri dalam iman,
sembari senantiasa mengalami pemurnian tradisi sesuai dengan magisterium.
0 comments:
Post a Comment